Bipolar
Dalam buku pedoman Penggolongan Diagnosis Ganggungan Jiwa III (PPDGJ-111), Bipolar Disorder merupakan pergantian suasana perasaan yang berulang-ulang (sekurang-kurangnya yaitu dua episode), pada hal ini perasaan dan aktivitas terganggu, seperti pada peningkatan afek disertai dengan penambahan energi dan aktivitas, atau lebih sering dikenal dengan episode mania dan pada waktu lain adanya penurunan afek disertai dengan pengurangi energi dan aktivitas, atau lebih sering dikenal dengan episode depresi.
Faktor yang mempengaruhi gangguan Bipolar diantaranya yaitu faktor Biologis dan faktor Psikologis. Pada faktor biologis meliputi genetik, neurokimia, hormonal, nurofisiologis, neuroanatomis dan pengaruh ritme biologis. Sedangkan pada faktor psikologis diantaranya meliputi peristiwa kehidupan yang penuh dengan tekanan, buruk nya dukungan sosial, ciri kepribadian dan gaya kognitif tertentu. Pada kehidupan yang dijalanin mengalami stress hal ini dapat memicu episode depresi bipolar. Stress dapat memicu depresi karena kehidupan yang penuh dengan stress dapat mempengaruhi onset episode dan mengaktifkan kerentanan yang mendasari. Selain itu, lingkungan sosial dapat mempengaruhi gangguan bipolar karena rendahnya dukungan yang diberikan oleh lingkungan sosial.
Pada gejala utama bipolar biasanya ditandai dengan mania dan depresi (Miklowitz & Gitlin, 2014). Dimana pada episode mania terdiri beberapa gejala yaitu adanya perubahan suasana hati seperti kegembiraan yang berlebihan, adanya peningkatan energi, peningkatan harga diri, penurunan kebutuhan tidur, berbicara banyak dari biasanya, dan memiliki penilaian yang buruk serta keputusan yang impulsif, sehingga dapat mengarah pada perilaku membahayakan diri sendiri. Menurut Jiwo (2012) pada episode mania menjadi tahapan dimana seseorang mengalami perubahan yang secara tidak normal, hal ini berupa perasaan yang meningkat atau perasaan hati yang mudah berubah menjadi lebih emosional atau mudah marah. Sedangkan berdasarkan DSM-IV-TR pada episode mania biasanya ditandai dengan perasaan mood yang melambung atau mudah tersinggung selama sekurang-kurang nya yaitu satu minggu dengan ditandai waktu tidur yang lebih sedikit dari biasanya, harga diri yang melambung, perhatian mudah teralih, dan keterlibatan berlebihan terhadap aktivitas yang menyenangkan.
Pada episode depresi biasanya ditandai dengan mood yang sedih, tertekan sepanjang hari selama dua minggu, penderita juga biasanya kehilangan minat dan kesenangan dalam aktivitas yang biasanya dilakukan. Hal ini ditandai dengan penurunan aktivitas, sulit tidur, nafsu makan berkurang, kehilangan energi, konsep diri negatif, sulit berkonsentrasi, dan banyaknya pikiran negatif yang dialami. Pikiran-pikiran negatif yang biasa muncul diantaranya seperti perasaan menyalahkan diri sendiri, merasa diri tidak berguna, hingga pikiran-pikiran untuk melakukan percobaan bunuh diri ataupun menyakiti diri sendiri. Menurut Jiwo (2012) pada episode depresi terdiri dari beberapa gejala diantaranya yaitu perasaan tertekan atau rendah (depressed mood) yang terjadi setiap hari bahkan sepanjang hari, seperti perasaan tidak menyenangkan, hampa, menangis, berkurangnya minat terhadap hampir semua aktivitas atau tidak adanya gairah terhadap sesuatu yang menyenangkan.
Dampak yang terjadi pada Orang Dengan Gangguan Bipolar salah satunya yaitu gejala Psikotik atau halusinasi. Menurut Muhith (2015) bahwa dampak yang dapat ditimbulkan pada penderita bipolar yaitu kehilangan kontrol akibat halusinasi yang dialaminya, sehingga penderita mengalami kepanikan akibat perilakunya dikendalikan oleh halusinasi. Pada hal ini, Orang Dengan Bipolar (OBD) dapat menyakiti dirinya sendiri atau bahkan melukai oranglain dan lingkungan nya. Menurut Trimelia (2011) halusinasi pendengaran (auditory) merupakan mendengar suara yang bukan berasal dari pendengarannya, tetapi berasal dari suasana hatinya sendiri. Mulai dari suara yang ringan sampai suara yang menjelekan diri sendiri.
Dalam proses penyumbuhan nya, ada beberapa strategi copying stress yang dilakukan dalam pasien bipolar. Menurut Lazarus dan Folkman dalam Sarafino (1998) mendefinisikan copying atau koping merupakan suatu proses untuk mengelola perbedaan yang dirasakan antara tuntutan dan sumber yang dinilai sebagai stress. Berdasarkan Lazarus dan Folkman dalam Sarafino (1998), koping terdiri dari delapan bentuk, diantaranya pertama, yaitu solusi pemecahan masalah yang terencana (problem Focused) pada jenis ini koping yang dilakukan yaitu menganalisa situasi untuk mendapatkan solusi dan melaksanakan nya dengan cara yang tepat. Kedua, yaitu Konfrontasi (problem-focused), dimana koping yang dilakukan yaitu mengambil langkah tegas, walaupun terkadang adanya resiko untuk mengubah situasi atau menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi. Ketiga, yaitu mencari dukungan sosial (problem and emotion-focused), jenis koping ini yaitu dengan mencari seseorang atau individu lain untuk mendapatkan dukungan emosional dari lingkungan sosial. Keempat, yaitu menjaga jarak (emotion-focused), pada jenis ini adanya perubahan secara kognitif untuk melepaskan diri dari situasi yang menekan, sehingga individu berusaha untuk berpikir positif. Kelima, yaitu Menghindar (emotion-focused), dimana individu berpikir tentang harapan dari situasi atau menghindar dari masalah yang sedang dihadapi nya. Keenam, yaitu kontrol diri (emotion-focused), kondisi dimana individu mencoba untuk mengontrol perasaan atau sikap pribadi terhadap masalah yang sedang dihadapi. Ketujuh, yaitu menerima tanggungjawab (emotion-focused), dimana individu mencoba untuk menerima peran di dalam suatu masalah dan mencoba untuk melakukan yang terbaik. Terakhir kedelapan, yaitu Penilaian positif (emotion-focused), individu mencoba untuk membuat makna positif dari suatu situasi yang tengah dihadapinya untuk mendewasakan diri, dimana terkadang dilakukan dengan cara-cara religius.
---------------------------------
correct me if i'm wrong hehehe
ini tulisan tahun lalu!
sayang banget kalau cuman ada di word, jadi kita simpan disini saja hehehe
btw jangan self diagnosa yaaa, kalau sekiranya merasakan hal yang serupa seperti apa yang ditulis, silahkan atur temu dengan psikolog yang memang sudah ahli nya yaaa.
Komentar
Posting Komentar